Garut- Di era modern seperti sekarang ini, industri pangan membutuhkan tenaga ahli dan terampil yang bisa mencetak inovasi efisien dan bisa dimanfaatkan masyarakat. Menyadari hal itu, program studi Teknologi Pangan dan Agribisnis Faperta Uniga mengadakan seminar serta Pameran Produk Olahan Pangan & Agribisnis dengan tema “Industri Pengolahan Pangan berbasisi Komoditas Unggulan Garut”, seminar yang dilaksanakan hari Rabu, (9/3) di Aula Fekon Uniga Jl. Samarang No. 52A Tarogong Garut.
Kegiatan seminar dan Pameran ini dihadiri sekitar 300 peserta yang berasal dari Dinas terkait, Mahasiswa, Pelajar serta Ibu Ibu PKK dari Desa yang berada di lingkungan Universitas Garut, serta para Pengusaha UKM. Seminar dan Pameran ini dicanangkan merupakan kegiatan rutin tahunan untuk menghimpun dan menyampaikan informasi dari hasil penelitian dalam bidang ilmu dan teknologi pangan dalam mendukung ketahanan pangan di Kabupaten Garut.
Mewakili Bupati Garut, Asda I Drs. H. Didit Fajar Putradi, M.Si. menyambut baik dengan adanya acara seminar seperti ini, “Sektor Pertanian jika hanya dikelola secara konvensional seperti yang tergambar saat ini pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi Kab. Garut sangat lambat, apalagi Garut yang merupakan salah satu Kabupaten terluas di Jawa Barat dengan 42 kecamatan, 442 Desa serta 20 Kelurahan dengan jumlah penduduk sekitar 2,7 Jt jiwa rasanya sulit sekali melakukan percepatan pembangunan jika tidak didorong oleh sektor lain yang berorientasi industri, salah satunya dengan adanya Program Studi Teknologi Pangan dan Agribisnis di Faperta Uniga ini diharapkan bisa menciptakan sarjana pertanian yang Inovatif dan kreatif, tidak hanya pandai melakukan petik jual, petik olah jual, tapi diharapkan bisa melakukan petik, olah, kemas dan jual, karena problem sektor pertanian kita saat ini salah satunya yaitu Packaging atau kemasan”. Ungkapnya.
Dekan Fakultas Pertanian Uniga, Dr. Ir. H. Tendy Kusmayadi, MP menjelaskan pentingnya seminar ini. “Upaya diversifikasi pangan dengan memanfaatkan keragaman pangan yang bersumber dari komoditas Unggulan Garut belum menunjukkan hasil yang diharapkan. Peningkatan produksi pangan juga masih bergantung pada kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga diperlukan peranan industri pangan untuk mewujudkannya” jelasnya.
Lebih lanjut Tendy mengungkapkan yang melatar belakangi seminar, diantaranya adalah : 1. Garut masih disebut daerah agraris karena subsektor pertanian menyumbang PDRB paling tinggi dibanding subsektor lainnya. 2. Masyarakat Garut hampir 85% masih berusaha disektor pertanian, mulai dr sektor hulu-proses produksi-hingga sektor hilir. 3. Otomatis penduduk Garut 75% tinggal di pedesaan, meraka sebagai petani namun kenyataannya hidupnya belum sejahtra atau masih di bawah garis kemiskinan. 4. Hal ini kemungkinan mereka belum menerapkan sistem pertanian yang berorientasi profit, karena masih menjual hasil produksi dalam bentuk bahan mentah. Saat dimintai tanggapanya terkait pembukaan Prodi Baru yaitu teknologi pangan, dan ekonomi pertanian/agribisnis, tendy mengungkapkan “untuk membantu pelajar sma/smk yg sederajat yg ingin melanjutkan pada bidang prodi tersebut serta menciptakan sarjana pertanian yang tidak sekedar mampu bercocok tanam tapi juga mampu mengolah serta mengemasnya sehingga menjadi sebuah produk yang layak merambah dunia industri pertanian”. Ungkapnya
Sementara Ketua Prodi Agribisnis Dr. Tintin Febrianti, MP. mengungkapkan Seminar tadi discuss selain sebagai sarana pertemuan ilmiah antara berbagai stakeholders terkait yaitu akademisi, bisnis, masyarakat dan pemerintah, juga sbg wahana promosi Program studi baru yg ada d lingkungan Uniga salah satunya program studi teknologi pangan, dan ekonomi pertanian/agribisnis. (uniga)