Webinar Konservasi dan Manfaat Tanaman untuk Obat
Tanggal / Waktu : 25 Juni 2021 / 09.00 – 11.00 WIB
Link Pendaftaran WEBINAR : https://bit.ly/3dkkXCv
Pemateri:
1. Musyarofah Zuhri M.Si (LIPI – Kebun Raya Cibodas)
2. Risha Amilia Pratiwi M.Si (LIPI – Kebun Raya Cibodas)
3. Noviyanti S.Pd., M.Si (Farmasi, FMIPA, UNIGA)
Topik:
1. Konservasi biji di Kebun Raya Cibodas
2. Pemanfaatan tumbuhan koleksi Kebun Raya Cibodas; inventarisasi tumbuhan yang berpotensi sebagai antikanker
3. Pemanfaatan Tanaman Familia Apocinaceae sebagai Alternatif Tanaman Obat Tradisional
Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas (KRC) menurut Peraturan Kepala LIPI Nomor 3 Pasal 2 Tahun 2016 memiliki tugas untuk melaksanakan konservasi ex-situ tumbuhan dataran tinggi basah. Era konservasi ex-situ di Indonesia menurut Widyatmoko (2020) dibagi menjadi empat, yaitu era eksplorasi dan introduksi (1850-1950), era konservasi (1950-1980), era regenerasi dan kerja sama internasional (1980-2010), dan era pemanfaatan (setelah 2010).
Dalam rangka mendukung salah satu fungsi utama kebun raya yaitu melakukan konservasi tumbuhan secara ex-situ maka keberadaan bank biji atau bank benih di kebun raya memiliki nilai yang sangat penting. Bank biji sebagai upaya konservasi materi genetik dalam bentuk biji di luar habitat alaminya pada kondisi yang sesuai untuk memelihara viabilitas dan kondisi genetisnya. Bank biji bertujuan sebagai sumber variasi intra-spesifik dan inter-spesifik dari keanekaragaman tumbuhan. Beberapa kegiatan yang rutin dilakukan di bank biji antara lain: (1) melakukan pre-collection assessment; (2) pengoleksian biji dari kebun dan habitat asal; (3) pemrosesan biji melalui pembersihan biji, pemisahan daging buah, pengeringan; (4) karakterisasi biji; (5) pengujian germinasi dan viabilitas biji; (6) penyimpanan biji; dan (7) pemanfaatan biji.
Berbagai tumbuhan koleksi KRC memiliki beragam potensi, diantaranya sebagai tumbuhan berbuah (Normasiwi dan Surya, 2016), sumber kayu (Wahyuni dkk, 2008), eksudat (Muhaimin dan Nurlaeni, 2018), pewarna alami (Efendi dkk, 2017), tumbuhan hias (Putri dkk, 2019), dan tumbuhan obat (Nikmatullah dkk, 2019). Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi dan Nurlaeni (2020) mengungkapkan bahwa di KRC terdapat 291 jenis tumbuhan dari 90 marga yang berpotensi sebagai antikanker. Bahkan Serenoa repens dan Taxus sumatrana diketahui mengandung senyawa aktif yang telah dikomersialisasi sebagai obat antikanker. Dalam upaya pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan antikanker alami, perlu adanya pertimbangan mengenai manajemen konservasi tumbuhan tersebut supaya eksistensinya di alam dapat berkelanjutan. Selain itu, perlu adanya penelitian untuk menemukan kandidat baru tumbuhan lain yang potensial untuk menghindari eksploitasi berlebihan terhadap suatu jenis tumbuhan. Masih banyak jenis tumbuhan koleksi KRC telah diteliti mengandung senyawa antikanker, namun aktivitasnya terhadap sel kanker belum diuji. KRC merupakan reservoir sumber daya genetik yang besar, oleh karena itu penelitian mengenai manfaat tumbuhan koleksi KRC perlu dilakukan secara intensif.
Tren penggunaan tanaman sebagai pengganti obat kimia saat ini semakin diminati oleh masyarakat. Hal ini berdasarkan data meningkatnya industri obat tradisonal di Indonesia tahun 2021 ada sekitar 1358 yang teregistrasi di BPOM. Obat tradisional ialah bahan atau ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Obat tradisional Indonesia atau obat asli Indonesia yang lebih dikenal dengan nama jamu, umumnya campuran obat herbal, yaitu obat yang berasal dari tanaman. Bagian tanaman yang digunakan dapat berupa akar, batang, daun, umbi atau mungkin juga seluruh bagian tanaman (Depkes, 2000). Salah satu contoh tanaman obat yang paling banyak dipergunakan di masyarakat adalah dari familia apocynaceae.
Familia apocynaceae adalah salah satu bagian dari tumbuhan berbiji tertutup dan peranan penting dalam kehidupan baik sebagai pengobatan ataupun tanaman hias. tumbuhan ini memiliki sekitar 1000 spesies yang terdiri dari 175 genus yang tersebar di daerah tropika. Familia ini terdiri dari sekitar 1000 spesies yang tergolong dalam kurang lebih 175 genus yang tersebar di daerah tropika.
Beberapa jenis dari anggota familia ini secara etnomedisin dipergunakan untuk pengobatan sakit perut, diare, demam, infeksi kulit, disentri, sakit gigi, penyembuhan luka, malaria, rematik, asma, control kelahiran, kelainan menstruasi, laktasi, pediatri, gigitan ular, infeksi kemih, ejekulasi dini, masalah THT, kelainan jantung, measles, diabetes, sakit telinga, penyakit seksual, dan makanan pembuka. Selain itu beberapa jeni dari tanaman ini meiliki kandungan kimia antara lain alkaloid, flavonoid, terpenes, glikosida, cardenoldes, terpenoid, flavonol glikosida, steroid, dan senyawa fenolik sederhana. Dilihat dari farmakologi, tanaman ini memiliki aktifitas antioksidan, antiinflamantori, antikanker, kardioprotektif, anti diabetes, anti malaria, anti HIV, gastroprotective, hepatoprotective, antimikroba, dan antiarchitis.